Menunggu mobil datang...
Tanggal
24 Maret 2012. Sesuai kesepakatan, travel akan menjemput pagi-pagi. Setelah
alarm hape kami membangunkan, kami bergantian berkemas sana sini. Sembari
menunggu mobilnya datang, saya diantar
kak Opan pergi mencari nasi kuning. Setelah sarapan, kami pun keluar lorong. Rokok
Upi dan Nou sempat habis beberapa batang, barulah mobilnya datang. Dengan
semangat kami pun pamitan, terima kasih kak Opan atas tumpangan tidurnya selama
kami di Jogja.
Oya, selama perjalanan ini,
kerja kami cuma numpang tidur sana-sini, hihihi. Beruntung punya teman, juga
temannya teman yang selalu berbaik hari menerima kami dan berbaik hari membagi
kasurnya untuk kami. Akhirnya kami selalu terpisah-pisah, kadang bertukar
tempat. Apalagi saat di Bandung, rata-rata tempat kami menumpang nginap itu
kamar kos, tiap kamar hanya bisa menampung dua orang. Bergilir-lah jadwal kami
ke sana sini, tapi seru… Saya dan Wana malah pernah nginap semalam di kos kenalan
kami yang baru ketemu kemarin malamnya, namanya Kepp, anak Makassar yang kuliah
di Bandung. Saat tiba di kamarnya, saya baru heran sendiri kenapa bisa seberani
itu numpang nginap di kosnya, hahaha. Tapi karena cukup ramai oleh teman-teman
Kepp, dan kami yakin cowok-cowok ini baik, tidur kami lelap koq. Aman! Hehehe…
Selama perjalanan
Jogja-Surabaya yang memakan waktu kurang lebih 8 jam, kami hanya tidur.
Sesekali ngemil sih, tapi persediaan cemilan kami tak banyak. Perjalanan kurang
seru karena kami kepanasan sepanjang jalan.
Tapi mau tak mau dinikmati saja, cukup lumayan kami bisa melewati banyak
kabupaten yang selama ini namanya hanya terdengar lewat media. Melihat
rumah-rumah, sawah-sawah, dan tentu saja rel kereta api.
Mobil travel singgah di
warung makan di daerah Malang kalau tak salah. Di warung makan, ada pertunjukan
sepasang fans Koes Ploes. Suaranya keren sekali, bikin kami terkagum-kagum.
Lagu-lagu yang dibawakan bergenre Indo-Rock, seperti lagu-lagu Panbers dan D’Loyd,
jadi ingat sama mamaku yang dulu suka sekali lagu-lagu mereka.
Sampai di Surabaya, kami
disambut dengan hujan deras, tapi tak lama. Kami harus menunggu beberapa jam di
depan pelabuhan, lalu beberapa jam di ruang tunggu. Nou sudah bersumpah-sumpah
tidak akan naik kapal lagi saking jengkelnya menunggu, hehehe. Bayangkan saja,
di tiket kapal tertera keberangkatan pukul 8 malam, kami baru bisa naik ke
kapalnya pukul 12 tengah malam. Tapi dari awal, saya sendiri sih santai saja,
resiko pikirku.
Saat naik di kapal,
berdesak-desakan dan harus berebutan tempat. Awalnya kami ke deck 3, sudah
dapat tempat plus kasur, barang sudah dirapikan. Tiba-tiba ada rombongan
mengaku-ngaku dia yang punya tempat, dibenarkan pula sama calo yang astagaaaaa
suaranya keras minta ampun. Berkali-kali kami dapat kasus yang sama. Rebutan
tempat pokoknya! Mesti beberapa kali ada pengumuman bahwa masih banyak tempat
kosong, kami tetap tidak dapat. Setelah turun ke deck 2, banyak tempat kosong, tapi
lagi-lagi calo selalu mendahului. Jadi
mau nangis kami, ini juga pengalaman pertama kami semua naik kapal ekonomi.
Hahaha… Akhirnya, karena capek rebutan tempat, uang 20ribu pun melayang ke saku
calo. Barulah tenang!
Mestinya tidak perlu bayar sih,
semua tempat gratis! Kami nya saja yang tidak sanggup adu suara dengan si calo,
memilih mengalah saja. Seandainya tidak banyak barang bawaan sih, tidak dapat
tempat tidur sekalipun saya mau saja.
Tips naik kapal ekonomi:
Kalau jalan rombongan, mesti ada satu orang yang gesit mencari tempat dulu. Dan
bertahanlah di tempat yang sudah ditemukan. Carilah awak kapal yang bisa
membantu anda meyakinkan bahwa tempat itu tidak ada yang memiliki. Jadi saat
calo datang, kita punya alasan kuat. Toh, tempat itu memang tidak diperjual
belikan. (Jago ngomong saya… tapi tetap ditipu sama calo…hahaha… namanya juga
pengalaman pertama!)
Ada bioskop mini, bayar 10ribu rupiah :)
Saya sih tidak kapok, prinsip
saya “nikmati saja…”! Lain kali jika harus naik kapal ekonomi juga, ayukkk…
Ternyata kapalnya baru jalan
sekitar pukul 5 subuh. Berarti kami sampai pukul 5 subuh esok harinya juga.
Perjalanan Surabaya-Makassar butuh waktu 24 jam. Apa yang kami lakukan? Gantian
tidur buat jaga barang-barang berharga, meskipun sesekali kami malah tidur
bersamaan. Tiket ekonomi kan tidak punya sekat antar satu sama lain, jadi
serasa dalam barak tentara. Tempat kami yang di tengah-tengah selalu jadi pusat
perhatian, karena suara kami ribut dan selalu heboh. Apalagi Nou yang sesekali
menjerit kalau ada kecoak, hahaha. Lalu kami juga selalu gantian naik ke deck
5-6 yang bersentuhan langsung dengan udara. Foto-foto bisa bikin bosan hilang,
kami percaya itu!
Kami dapat jatah makan tiga
kali, pagi, siang, sore. Makanannya itu-itu saja! Tapi lumayan enak bagi saya.
Selalu ada penjual krupuk juga, jadi lumayanlah. Untung saat di Bandung saya
dapat komik murah yang dibikin sama komikus favoritku, Yoko Shoji. Jadi, 24 jam
itu tidak begitu terasa. Kami juga banyak bercerita dengan penumpang lain.
Kami bahkan bertemu teman di
atas kapal, namanya Angel. Jadilah kami bercerita banyak, sambil mengejek sana
sini tentang perjalanan di atas kapal. Angel sudah lebih dulu dari Jakarta naik
kapal Lambelu, makanya dia lebih berpangalaman sedikit karatan. Hehehe…
Vicky yang semangat sampai tengah malam merajut...
Oya, sepanjang kapal
berjalan, saya juga merajut. Bahkan ada yang mendatangi tempat kami hanya untuk
belajar merajut, namanya Vicky. Matanya berbinar-binar saat kuajari merajut,
hihihi. Dia juga tujuan Makassar, dan berencana akan ikut kelas merajut
nantinya. Lumayan cepat tanggap, beberapa menit saja, dia sudah mahir memainkan
jarum circular ku. Hehehe, bandana yang ia buat, kami berikan buat Ela.
Ela adalah anak kelas tiga SD
yang tidur di sampingku. Dia berangkat dari Surabaya menuju Sinjai, menemani
Ayahnya mencari merica untuk dijual di kampungnya, Sidoarjo. Ela ini,
kecil-kecil sudah jago bisnis loh! Dia jago menggambar, jadi di sekolahnya Ela
selalu meng-copy gambarnya lalu dijual ke teman-temannya untuk diwarnai. Ela
juga jago menjahit baju boneka barbie, sesekali juga dijual ke teman
sekolahnya.
“Untungnya buanyak loh mbak!
Kadang Ela dapat tiga belas ribu sehari!” serunya dengan logat arek arek
suroboyo yang kental.
Ela juga banyak mengajari
saya bahasa Jawa. Kami bahkan masih sering sms-an sampai hari ini.
Kapal sandar tepat pukul 5 subuh
di Makassar. Semangat sekali kami meninggalkan kapal, sambil mengucapkan
selamat berpisah sama tetangga-tetangga kami, hehehe. Pas sudah sampai di
pelabuhan, kami pun melaksanakan rencana yang jauh-jauh hari kami rancang,
membuat video okkots ki puang yang pernah marak diputar melalui hape-hape dari
youtube. Naik batu licim… ombat bagus, tidak mabut…
Upi yang jadi ibu-ibunya, saya
yang ambil gambar, Wana dan Nou yang lalu lalang di belakang solah penumpang. Hahaha…gilaaaaaa!
Kami akan sangat merindukan Kapal Lambelu…
Selamat Datang di Makassar :p
Pas keluar pelabuhan, eh…
Kurns sudah datang menjemput, senangnya… :*
Terima kasih untuk semua
teman-teman yang menyukseskan acara craft tour ini (hahhay…sok!)
Sheni, kamar Risma, Alda, Bembi, Moel, Tarlen, Mayang, Elin, Kutil, Ria, Shanti, Dhila, Laras, Tarna, Metal, Arie, Kepp, Dian, Choki, Hestiw… Bandung euy…
Sheni, kamar Risma, Alda, Bembi, Moel, Tarlen, Mayang, Elin, Kutil, Ria, Shanti, Dhila, Laras, Tarna, Metal, Arie, Kepp, Dian, Choki, Hestiw… Bandung euy…
Sunsun, Opan, Ojan, kios Poyeng,
Wawan, Bhoby, Aswin, Abib, Mitha, Martin… Jogja euy…
I love you all… See you soon…