Hal pertama
yang kucari tahu saat tiba di Jambi adalah apa kerajinan khas kota Jambi?
Jawaban
yang kudapat hanya satu : Batik Jambi. Tidak ada yang lain.
Mungkin
karena kota Jambi ini sangat multikultural sehingga tak ada satu folklor yang
menonjol. Suku di Jambi yang tertua adalah Melayu, kemudian di tahun 60-an
pemerintah mengadakan program transmigrasi, suku Bugis, Jawa, dan Banjar banyak
yang merantau hingga kini menetap di Jambi.
Sekilas
batik Jambi sama saja dengan batik Jawa. Toh memang batik dibawa oleh orang
Jawa ke Jambi. Yang membedakan adalah motifnya. Beberapa motif batik Jambi yang
saya lihat adalah bergambar perahu adat Jambi dan gambar dua ekor angsa. Jambi
dikenal sebagai kota Angso Duo karena konon sejarah adanya Jambi ini ditemukan
ketika seorang pangeran keturunan Turki diberikan saran oleh sang Raja untuk
berlabuh menemukan pasangan angsa yang ia lepas sepanjang sungai. Dan sang
angsa yang dilepas berhenti dan menemukan pasangannya di kota Jambi. Ada banyak
versi jga sebenarnya mengenai Angso Dua. Sila cari sendiri versi lainnya.
Untuk
jenis kain batik Jambi juga sangat beragam ada katun, sutra, dan gabungan
keduanya. Jika ingin menemukan batik lengkap dengan melihat cara pembuatannya,
kamu bisa ke Seberang Kota Jambi (Sekoja). Di sana juga terkenal warganya masih
menggunakan bahasa melayu lama. Saya tidak ingin mengakatakan suku asli berada
di sana, sebab saya sampai sekarang masih tak mengerti akan definisi suku asli
itu seperti apa?
Karena
tidak sempat ke Seberang dan masih penasaran melihat wujud batik Jambi seperti
apa, saya menyempatkan ke salah satu kelompok tenun yang ada di kota Jambi. Karena
mamaku juga memesan oleh-oleh batik Jambi. Sampai di sana saya tak kaget ketika
diberitahu bahwa harga kain batik per meter 500ribu. Saya memilih batik berwarna
hitam bermotif putih gambar angsa. Setelah tawar menawar saya dikasi diskon
jadinya saya hanya membayar 475ribu rupiah saja. Tapi saya ternyata lupa
membawa uang, saya buru-buru permisi dan meminta Wanda, teman yang menemani
saya mencari atm. Pemilik toko yang nampaknya sebelum saya datang sedang tidur siang, karena
rumah sekaligus toko itu awalnya tertutup padahal bukan hari libur dan bukan
jam istirahat saat kami ke sana.Saatsampi di atm, mamaku menelpon. Saya bilang
kalau saya sedang mengambil uang untuk membeli batik dan mamaku tiba-tiba
bilang tak usah beli batiknya, dia sedang mengincar batik model lain yang ada
di Makassar.Ukh… saya jadi tak enak sama pemilik toko. Bagaimana nih Wanda?
Kalau balik ke toko dan bilang batal belinya saya ndak enak juga. Setelah lama
berpikir tentang perasaan tidak enak itu kami memutuskan tak kembali. Tetap
dengan perasaan bersalah.Aduh serba salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Creativity and Share with love...