Sabtu, 01 Maret 2014

Tutorial : Membuat kain motif Tie Dye

Hoaalllaaa... Ini juga postingan yang sudah lama tersimpan dalam draft begitu saja. 
Akibat dari menunda-nunda beginilah jadinya, terlupakan *alasan :p

Sekitar tahun lalu pokoknya saya bereksperimen membuat kain Tie dye. Rencana awal mau membuat celemek couple entah untuk siapa, yang jelas saya waktu ingin sangat ingin belajar mencelup-celup kain pokoknya. Dan ternyata sangat mudah rupanya dan tentu saja sangat menyenangkan. Saya berpatokan sama postingan Vitarlenology waktu itu. Jadi kurang lebih begini caranya :



Siapkan kain putih, entah kaos atau apa. Tapi kalau yang ini saya pakai kain belacu. 


Lalu ikat-ikat. Nah proses mengikatnya ini yang paling menyenangkan karena polanya terbentuh dari sini. Jadi bagi saya yang pemula saya hanya bisa menebak-nebak kira-kira kalau diikat seperti ini motifnya seperti apa yaaah? Tali yang saya gunakan tali plastik bekas.


Kemudian siapkan pewarna kain. Saya menggunakan ini pewarna textil cap Nilon. 
Harganya Rp.1000,- per bungkus... Murah lah yah...


Cara pemakaiannya ada di belakang kemasan. Tapi tidak harus sesuai yang tertulis di situ. Ada beberapa hal yang saya langgar misalnya waktu proses pencelupan kain di air mendidih. Di situ disarankan 60-90 menit. Saya cuma 15 menit saja karena di beberapa tutorial juga saya lihat waktu 15 menit itu sudah cukup.


Saat di celup di atas kompor setelah air mendidih dan pewarnai kain dimasukkan. Airnya sekitar 2-3 liter. Jangan lupa masukkan sedikit garam 1-2 sendok lah. Gunanya agar warna menempel lebih kuat di kain. 


Setelah lima belas menit, buka ikatannya dan masukkan ke air dingin. Lalu jemur.


Tattadaaaaa... Maka jadilah...

Tenri dan Elong Ugi (puisi Bugis)


Halo... lama tak bertemu di dunia per-blog-an :D. Beberapa bulan saya sibuk mengejar ujian meja dan akhirnya selesai. Sekarang bisa kembali ke dunia blog lagi. Ada banyak hal yang ingin saya bagikan. Baiklah, untuk cerita pertama ini...

 Masih ingat postingan terakhirku tentang Tenri Menari di ruang keluarganya @tinkerbellyt? Nah postingan pertama di tahun 2014 ku ini masih tentang Tenri dan dunianya. Juga masih dengan pemesan yang sama, Mimi empunya blog Dunia Mhimi. Saya jadi terharu sama Mhimi ini yang senang mengoleksi #walldecor #mixmedia #duniatenri antara sulaman dan corat-coret saya di atas kanvas. Kali ini saya membuatkan pajangan dinding yang berisikan puisi-puisi kesukaan saya dan Tenri. 


Duami sanreseng makessing. Unganna panasae. Takkena paccie. 
(Dua sandaran yang baik, jujur dan bersih)


Mau paria naupu. Nanasu rio rennu. Sitaro sengereng. 
(Walau pare yang dipetik, dimasak dengan rasa gembira, madu yang dirasai--akan selalu saling mengingat)


Lolakko muselleyangi sarae ri atimmu nasau dokomu. 
(Bergiatlah dalam bekerja guna melupakan kesusahan hatimu, agar pulih kesehatanmu)


Deceng enreki ri bola. Tejjali tettapere. Banna mase-mase. 
(Wahai kebaikan, mampirah ke rumah. Tak ada alas, tak ada tikar. Hanya ramah tamah)


Nah ini dia Mhimi si penyuka Tenri dan semua yang berbau puisi Bugis. Rencananya pajangan dinding Tenri dan Elong Ugi (Puisi Bugis) yang ditulis dalam aksara lontara ini akan ia simpan di usaha laundry miliknya. Katanya agar pelanggannya bersemangat :)

Oya sekedar info, puisi bugis ini adalah puisi kategori puisi lama berlarik 3, setiap baris terdiri atas 8-7-6 suku kata. Baris pertama semuanya 8 suku kata, bari kedua 7 suku kata, dan baris ketiga 6 suku kata. Dulu orang Bugis berpuisi dengan gaya seperti menyanyi atau mengaji, jadi khusus puisi berlarik 3 ini bisa dilantunkan dengan 3 cara. Cara pertama seperti lagunya Ininnawa Sa'baraki, cara kedua dilantunkan seperti lagu Bulu Alauna Tempe, dan satu lagi saya tidak pernah menemukan lagu Bugis yang masih populer mirip dengan lantunan cara ini. Tapi tante saya selalu menyanyikannya yang jelas setiap kali menyanyikannya dimulai dengan kata "masa alla". Saya selalu senang mendengarkan lagu-lagu Bugis dulu, sangat puitis dan sarat akan nasehat yang baik. Tidak seperti lagu Bugis sekarang huh... lagu cinta melulu :D