Sabtu, 31 Maret 2012

Craft Tour Story : Perjalanan Pulang ke Makassar jadi Aji Lambelu :p


Menunggu mobil datang...
 
Tanggal 24 Maret 2012. Sesuai kesepakatan, travel akan menjemput pagi-pagi. Setelah alarm hape kami membangunkan, kami bergantian berkemas sana sini. Sembari menunggu mobilnya datang, saya diantar kak Opan pergi mencari nasi kuning. Setelah sarapan, kami pun keluar lorong. Rokok Upi dan Nou sempat habis beberapa batang, barulah mobilnya datang. Dengan semangat kami pun pamitan, terima kasih kak Opan atas tumpangan tidurnya selama kami di Jogja.
Oya, selama perjalanan ini, kerja kami cuma numpang tidur sana-sini, hihihi. Beruntung punya teman, juga temannya teman yang selalu berbaik hari menerima kami dan berbaik hari membagi kasurnya untuk kami. Akhirnya kami selalu terpisah-pisah, kadang bertukar tempat. Apalagi saat di Bandung, rata-rata tempat kami menumpang nginap itu kamar kos, tiap kamar hanya bisa menampung dua orang. Bergilir-lah jadwal kami ke sana sini, tapi seru… Saya dan Wana malah pernah nginap semalam di kos kenalan kami yang baru ketemu kemarin malamnya, namanya Kepp, anak Makassar yang kuliah di Bandung. Saat tiba di kamarnya, saya baru heran sendiri kenapa bisa seberani itu numpang nginap di kosnya, hahaha. Tapi karena cukup ramai oleh teman-teman Kepp, dan kami yakin cowok-cowok ini baik, tidur kami lelap koq. Aman! Hehehe…
Selama perjalanan Jogja-Surabaya yang memakan waktu kurang lebih 8 jam, kami hanya tidur. Sesekali ngemil sih, tapi persediaan cemilan kami tak banyak. Perjalanan kurang seru karena kami kepanasan sepanjang  jalan. Tapi mau tak mau dinikmati saja, cukup lumayan kami bisa melewati banyak kabupaten yang selama ini namanya hanya terdengar lewat media. Melihat rumah-rumah, sawah-sawah, dan tentu saja rel kereta api. 
Mobil travel singgah di warung makan di daerah Malang kalau tak salah. Di warung makan, ada pertunjukan sepasang fans Koes Ploes. Suaranya keren sekali, bikin kami terkagum-kagum. Lagu-lagu yang dibawakan bergenre Indo-Rock, seperti lagu-lagu Panbers dan D’Loyd, jadi ingat sama mamaku yang dulu suka sekali lagu-lagu mereka.
Sampai di Surabaya, kami disambut dengan hujan deras, tapi tak lama. Kami harus menunggu beberapa jam di depan pelabuhan, lalu beberapa jam di ruang tunggu. Nou sudah bersumpah-sumpah tidak akan naik kapal lagi saking jengkelnya menunggu, hehehe. Bayangkan saja, di tiket kapal tertera keberangkatan pukul 8 malam, kami baru bisa naik ke kapalnya pukul 12 tengah malam. Tapi dari awal, saya sendiri sih santai saja, resiko pikirku.
Saat naik di kapal, berdesak-desakan dan harus berebutan tempat. Awalnya kami ke deck 3, sudah dapat tempat plus kasur, barang sudah dirapikan. Tiba-tiba ada rombongan mengaku-ngaku dia yang punya tempat, dibenarkan pula sama calo yang astagaaaaa suaranya keras minta ampun. Berkali-kali kami dapat kasus yang sama. Rebutan tempat pokoknya! Mesti beberapa kali ada pengumuman bahwa masih banyak tempat kosong, kami tetap tidak dapat. Setelah turun ke deck 2, banyak tempat kosong, tapi lagi-lagi calo selalu mendahului.  Jadi mau nangis kami, ini juga pengalaman pertama kami semua naik kapal ekonomi. Hahaha… Akhirnya, karena capek rebutan tempat, uang 20ribu pun melayang ke saku calo. Barulah tenang! 






Mestinya tidak perlu bayar sih, semua tempat gratis! Kami nya saja yang tidak sanggup adu suara dengan si calo, memilih mengalah saja. Seandainya tidak banyak barang bawaan sih, tidak dapat tempat tidur sekalipun saya mau saja.
Tips naik kapal ekonomi: Kalau jalan rombongan, mesti ada satu orang yang gesit mencari tempat dulu. Dan bertahanlah di tempat yang sudah ditemukan. Carilah awak kapal yang bisa membantu anda meyakinkan bahwa tempat itu tidak ada yang memiliki. Jadi saat calo datang, kita punya alasan kuat. Toh, tempat itu memang tidak diperjual belikan. (Jago ngomong saya… tapi tetap ditipu sama calo…hahaha… namanya juga pengalaman pertama!) 
Ada bioskop mini, bayar 10ribu rupiah :) 
 
Saya sih tidak kapok, prinsip saya “nikmati saja…”! Lain kali jika harus naik kapal ekonomi juga, ayukkk…
Ternyata kapalnya baru jalan sekitar pukul 5 subuh. Berarti kami sampai pukul 5 subuh esok harinya juga. Perjalanan Surabaya-Makassar butuh waktu 24 jam. Apa yang kami lakukan? Gantian tidur buat jaga barang-barang berharga, meskipun sesekali kami malah tidur bersamaan. Tiket ekonomi kan tidak punya sekat antar satu sama lain, jadi serasa dalam barak tentara. Tempat kami yang di tengah-tengah selalu jadi pusat perhatian, karena suara kami ribut dan selalu heboh. Apalagi Nou yang sesekali menjerit kalau ada kecoak, hahaha. Lalu kami juga selalu gantian naik ke deck 5-6 yang bersentuhan langsung dengan udara. Foto-foto bisa bikin bosan hilang, kami percaya itu!
Kami dapat jatah makan tiga kali, pagi, siang, sore. Makanannya itu-itu saja! Tapi lumayan enak bagi saya. Selalu ada penjual krupuk juga, jadi lumayanlah. Untung saat di Bandung saya dapat komik murah yang dibikin sama komikus favoritku, Yoko Shoji. Jadi, 24 jam itu tidak begitu terasa. Kami juga banyak bercerita dengan penumpang lain.
Kami bahkan bertemu teman di atas kapal, namanya Angel. Jadilah kami bercerita banyak, sambil mengejek sana sini tentang perjalanan di atas kapal. Angel sudah lebih dulu dari Jakarta naik kapal Lambelu, makanya dia lebih berpangalaman sedikit karatan. Hehehe…

 Vicky yang semangat sampai tengah malam merajut...
 
Oya, sepanjang kapal berjalan, saya juga merajut. Bahkan ada yang mendatangi tempat kami hanya untuk belajar merajut, namanya Vicky. Matanya berbinar-binar saat kuajari merajut, hihihi. Dia juga tujuan Makassar, dan berencana akan ikut kelas merajut nantinya. Lumayan cepat tanggap, beberapa menit saja, dia sudah mahir memainkan jarum circular ku. Hehehe, bandana yang ia buat, kami berikan buat Ela.
Ela adalah anak kelas tiga SD yang tidur di sampingku. Dia berangkat dari Surabaya menuju Sinjai, menemani Ayahnya mencari merica untuk dijual di kampungnya, Sidoarjo. Ela ini, kecil-kecil sudah jago bisnis loh! Dia jago menggambar, jadi di sekolahnya Ela selalu meng-copy gambarnya lalu dijual ke teman-temannya untuk diwarnai. Ela juga jago menjahit baju boneka barbie, sesekali juga dijual ke teman sekolahnya. 

“Untungnya buanyak loh mbak! Kadang Ela dapat tiga belas ribu sehari!” serunya dengan logat arek arek suroboyo yang kental.
Ela juga banyak mengajari saya bahasa Jawa. Kami bahkan masih sering sms-an sampai hari ini.
Kapal sandar tepat pukul 5 subuh di Makassar. Semangat sekali kami meninggalkan kapal, sambil mengucapkan selamat berpisah sama tetangga-tetangga kami, hehehe. Pas sudah sampai di pelabuhan, kami pun melaksanakan rencana yang jauh-jauh hari kami rancang, membuat video okkots ki puang yang pernah marak diputar melalui hape-hape dari youtube. Naik batu licim… ombat bagus, tidak mabut… 
Upi yang jadi ibu-ibunya, saya yang ambil gambar, Wana dan Nou yang lalu lalang di belakang solah penumpang. Hahaha…gilaaaaaa! Kami akan sangat merindukan Kapal Lambelu…
 Selamat Datang di Makassar :p

Pas keluar pelabuhan, eh… Kurns sudah datang menjemput, senangnya… :*

Terima kasih untuk semua teman-teman yang menyukseskan acara craft tour ini (hahhay…sok!)
Sheni, kamar Risma, Alda, Bembi, Moel, Tarlen, Mayang, Elin, Kutil, Ria, Shanti, Dhila, Laras, Tarna, Metal, Arie, Kepp, Dian, Choki, Hestiw… Bandung euy…
Sunsun, Opan, Ojan, kios Poyeng, Wawan, Bhoby, Aswin, Abib, Mitha, Martin… Jogja euy…
I love you all… See you soon…


Rabu, 28 Maret 2012

Craft Tour Story part 6: Bertemu Ojan dan berkunjung ke Poyeng

Jogja, 23 Maret 2012
Malamnya, dengan bekal kontak Mita, saya akhirnya mendapatkan nomor hape Ojan salah seorang crafter Jogja, karena hape ku rusak, saya kehilangan semua kontak teman-temanku. Padahal salah satu tujuan ke Jogja adalah bertemu dengan dia. Hampir saja tidak tercapai!
Siapa sih yang ndak kenal Nest of Ojanto? Sudah hampir dua tahun ini, saya juga aktif mengikuti postingan-postingan mereka, inspiratif dan selalu menarik, apalagi seri On Day Monday-nya, keren-keren. 
Lewat sms, kami pun janjian untuk sarapan bareng, akhirnya bertemu juga. Kami ternyata sama-sama sedang berusaha menyelesaikan tugas akhir kuliah, hehehe. Ojan orangnya ramah, murah senyum, dan baik sekali, saya ditraktir makan loh! Hehehe... Saya seperti kenal lamaaaaa sama Ojan, mungkin itu kelebihan memiliki teman yang rajin nge-blog yah? Rajin berbagi banyak hal. Saya selama ini Nest of Ojanto sudah punya tempat seperti Tobucil, makanya saya semangat sekali mau ke tempat mereka, ternyata belum, mudah-mudahan pas saya ke Jogja lagi, sudah ada yah? Amin...amin,,,amin! Saya juga belum sempat bertemu partner-nya Ojan, yaitu Putri. Katanya dia juga tengah sibuk kuliah :(
Ojan saking baiknya, saya bahkan diantar pulang loh! Terharu... sudah dijemput, diantar pula... jadi ndak enak sendiri sayanya, hihihi.
Setelah itu, temanku Wawan pun menjemput, jadwal kami adalah ke Poyeng, Vox, Pengerat, dan Mirota Batik.
Sampai di Poyeng, lagi-lagi ileran liat benang-benang rajut euy... Sayangnya mbak Ajeng tak ada di tempat, lagi pula kami tidak bisa berlama-lama. Temanku ada jadwal main futsal, setelah membeli beberapa jarum rajut, kami pun ke Malioboro. Ternyata Pengerat dan Vox baru buka pada saat sore hari, jadilah sembari menunggu temanku main futsal, kami menggila dulu di Mrota Batik, ini rekomendasi Nona Laras itu loh! Ey ey ey, barangnya unik-unik dan menggiurkan. Saya dan si Wana malah dua kali keluar masuk di sana, hahaha, tapi cuma liat-liat, tidak membeli. Hari itu ramai sekali, tentu saja lantaran hari libur. 





 Sarapan di sini, yummi...yummi... (tapi jalanan menuju sana koq rumit yah? hehehe...)
 Akhirnya ketemu juga sama Ojan, yang desain-desainnya kuidolakan itu loh ;)

 In Poyeng




 @Mirota Batik


Meski tak sempat ke Prambanan, ini cukup mewakili lah...hahaha...




Setelah shalat Magrib, Wawan pun selesai main futsal, kami ke warung makan murah meriah di samping kantor pusat Muhammadiyah. Lalu menujulah kami ke Pengerat. Ini bukan bagian dari craft tour yang kurencanakan sih, cuma memang sudah tidak ada rencana ke mana-mana. Awalnya saya mau ke studio mbak Ria Papermoon, tapi empunya ternyata masih dalam perjalanan ke Bandung. Pengerat adalah studio musik dan ada toko yang menyediakan kaset-CD band-band indie plus kaosnya. Kami ke sana, karena Nou sedang menggilai band Homogenic, dan mau beli kaosnya. Nou tak dapat kaos, malah saya yang mendadak membeli CD Sajama Cut album Manimal, hadiah ulang tahun buat Kurns, lumayan lah karena saya juga tidak tahu mau memberikan apa buatnya sebagai oleh-oleh, hehehe.


 Pengerat, dikelilingi kafe-kafe, suasananya keren...





Lalu kami ke VOX, si Nou akhirnya pun mendapat yang dia mau, plus plus malah, dia dapat kaos Santamonica yang ia sukai juga di sana. Sedangkan saya? Hanya bisa menahan iler lihat CD-secondhand CD band-band yang kusuka, NOFX...oww... :(


Mohon maaf saya tidak bisa menjelaskan jalan-jalan yang kudatangi, saya pusing euy...hehehe... Jogja cuma dua hari? Tidak cukup tawwa...saya masih mau tinggal apa daya bolos kuliah sudah harus dihentikan, hahaha. 
See you in next trip..trip..craft tour..


Terima kasih kak Wawan, kak Bobhy, kak Aswin, dan Abib atas waktu yang kalian luangkan untuk menemani kami...

Craft Tour Story part 5: Jogja hari pertama

Sampai jumpa Bandung, perjalanan selanjutnya ke Jogja :)
Sayangnya harus menguras bajet, soalnya kami kehabisan tiket kereta ekonomi. Sheni baru sadar kalau ternyata tanggal 23 itu hari raya, makanya kereta jadi full, libur beruntun soalnya. Hampir saja kami batal ke Jogja, Upi sudah merencakan pulang langsung Surabaya. Tapi setelah mencari tahu ongkos termurah, dapat bis. Beda jauh sih, kalau naik kereta ekonomi Rp 35ribu, sedangkan bis ekonomi Rp 70ribu. Tapi tak apalah, daripada ndak ke Jogja? Setelah kami berkemas barang untuk keberangkatan besoknya, Alda memberi info kalau ada kereta bisnis yang lumayan murah dan nyaman, namanya kereta Malabar. Setelah pikir-pikir, kami meng-iyakan, maklum, kami ber-4 belum ada yang pernah naik kereta, jadi niat itu masih ada, hahaha. Kereta Malabar seharga Rp 95ribu. Ada untungnya juga sih kami naik kereta ini, soalnya barang bawaan kami banyak, katanya kalau naik kereta ekonomi pasti berdesak-desakan. Jadilah kami sangat menikmati perjalanan ini. Berangkat tanggal 21 sore, kami sampai di Jogja pukul 12 malam. Satu kelebihan melakukan perjalanan ramai-ramai, kita bisa patungan dalam banyak hal, termasuk ongkos taxi tengah malam, hahaha.

Pas sampai, tepat ulang tahunnya Wana yang ke 22, kue yang sudah disiapkan dari Bandung pun dikeluarkan, skenario busuk Upi yang seolah-olah bad mood sama Wana pun terbongkar, hahaha. Selamat Ulang Tahun mai fakkin sista... You always keep me coming home again ;)

Jogja, 22 Maret 2012, selamat pagi!
Satu yang bikin saya khawatir sebelum berangkat ke Jogja adalah harapan untuk jalan-jalan nyaris batal, karena Jogja kurang angkot. Tapi untungnya, kak Opan yang rumahnya kami tumpangi selama di Jogja menitipkan kunci dan motor buat ditumpangi. Juga ada kak Wawan dan temannya yang bersedia menemani kami jalan-jalan.
Tapi sebelumnya, saya ketemu dulu sama seorang teman, ada urusan penting dan mendesak yang harus kami lakukan, melepas rindu di sepanjang jalan Sleman, hahaha. Lalu kami makan siang di Kedai Bambu, di sana saya juga bertemu Mita salah satu crafternya Neddle and Bitch. Makan bareng, ngobrol, merencanakan Girls Crazy Night hahaha.
Setelah itu kami keliling mencari tiket kapal super murah, kenapa kapal? Selain uang di saku sudah pas-pas, perjalanan ini memang kami rencanakan untuk mencoba semua jenis angkutan. Makanya, pas tahu biaya mobil travel menuju Surabaya dari Jogja tidak begitu beda kalau dibandingkan naik kereta, kami pun memilih naik itu. Jadinya asli mencoba semua jenis angkutan, hehehe.
Tiket di tangan, dan ternyata kami masih punya sehari untuk berkeliling di Jogja, karena travel berangkat pagi dan langsung diantar ke pelabuhan. Kami pun menikmati sore di Malioboro. Di sana kami ditemani kak Aswin dan kak Bobhy (kalau sering berkunjung ke aoiniji, pasti kenal deh, itu loh... bapaknya Maha). 
Wana dan Nou beli beberapa oleh-oleh, lalu kembali ke Jalan Kaliurang, tempat kami menginap. Malam kami main ke tempat teman yang jaraknya tak terlalu jauh, sambil merencanakan rute ke mana saja akan kami datangi besok.

Selasa, 27 Maret 2012

Dibuang sayang dari Bandung ;)


Selain Craft Tour, saya mau berbagi beberapa hal selama saya di Bandung kurang lebih satu pekan.

^_^ Makanan: Bagi yang suka wisata kuliner, cocok sekali ke Bandung, ada banyak macam makanan dan minuman khas yang sebenarnya enak, tapi lidah saya saja yang tidakbisa  beradaptasi, menurutku masakan orang Bandung terlalu berbumbu jadinya saya merasa tiap makanan sangat gurih dan saya tidak terbiasa, ujung-ujungnya saya tidak menikmati tiap makanan itu.:(

^_^ Angkot : Saya senang ke mana-mana naik angkot di Bandung, meski selalu pusing mengenai jalur-jalurnya yang kebanyakan satu arah saja. Tarifnya lumayan murah, tergantung jarak, kalau dekat bisa bayar seribu rupiah. Berbeda dengan angkot alias pete-pete di Makassar yang tarifnya, jauh dekatt tetap tiga ribu rupiah.

^_^ Tongkrongan Keren : Bandung dipenuhi berbagai tempat nongkrong yang keren bagi saya. Saya mengunjungi beberapa, diantaranya:
*Potluck, semacam kafe yang desain interiornya bikin nyaman, serasa di rumah sendiri, terdapat buku-buku bacaan, dan tempat live music. Saya diajak oleh Abang, teman yang sedang kuliah S3 di Unpad, Potlcuk adalah tempat favoritnya.

*Camden dan Mexicana, keduanya adalah beer house dengan harga terjangkau. Camden terletak di Jalan Trunojoyo nomor 25, sedangkan Mexicana terletak di Jalan Dago Pojok depan Hotel Sheraton, masuk lorong sedikit. Tapi kalau disuruh memilih, saya lebih suka Mexicana lantaran tempatnya memang di rumah dan suasananya sederhana, plus ada berbagai makanan khas Mexico. Juga karena Mexicana memang cuma menyediakan bir, saya hanya suka minum bir, meski tidak pernah sampai berlebihan. Cuaca di Bandung dingin, bir bagi saya cukup untuk menghangatkan tubuh sambil berbagi cerita dengan teman-teman baru di Bandung. ;)

*Mekujo, sebenarnya ini bukan tempat nongkrong, hehehe. Tapi saya senang menghabiskan malam di sana kalau tidak punya jadwal jalan-jalan selama di Bandung. Mekujo adalah sebuah toko yang menjual pakaian dan pernak pernik berbau Reggae. Letaknya di Dago, pinggir jalan koq! Saya senang duduk-duduk di depannya sambil melihat kendaraan lalu lalang. Hihihi... thanks Arie dan Choki.
*Berbagai spot jus buah. Di Bandung, saya banyak menemukan gerobak yang menyuguhkan berbagai jus buah yang bisa di mix sesuai selera. Salah satunya Juice For You yang letaknya di depan salah satu ruko depan Universitas Parahyangan. Saya senang minum jus karena murni buah semua dan harganya murah.
*Gasibu, bukan tempat nongkrong juga, tapi pasar rakyat. Cuma ada tiap hari minggu pagi di depan Gedung Sate. Banyak pedagang sepanjang jalan, dan jualannya murah-murah! Saya membeli beberapa oleh-oleh di sini. Setelah puas keliling-keliling pasar, kami sarapan di pinggir jalan yang terletak di sela-sela pedagang barang.
*Madtari, tempat ngemil 24 jam dan selalu ramai, alamatnya di Jalan Rangga Gading nomor 12... euy euy...kejunya banyak...hahaha...

^_^ Orang-Orangnya: Asli ramah-ramah dan baik, murah senyum :)

^_^ Suasana Kotanya: Adem dan Padat, versi ramainya Toraja kalau menurut saya, hehehe...

Craft Tour Story #5 Menghadiri Living Room Papermoon Puppet Theatre


Sungguh suatu kebetulan yang sangat menguntungkan, keberadaan saya di Bandung tepat dengan beberapa jadwal dalam rangkaian acara Living Room. Sebuah tema pameran Papermoon Puppet Theatre yang diadakan oleh dan di s.14 yang berlangsung dari tanggal 18 Maret hingga 15 April 2012. Jadilah saya mengatur jadwal dan meminta seorang teman, Arie untuk mengantar saya ke alamat Jalan Sosiologi no. 14 Komp. Perumahan Unpad, Cigadung. Namun beberapa jam sebelum acara pembukaan dimulai, Arie membatalkan rencana untuk menemani saya karena temannya sakit, dan tidak ada yang bisa menggantikan dia menjaga Mekujo. Hampir saja saya mengurungkan niat untuk tidak datang karena setelah dijelaskan jalur angkot menuju sana, saya tetap tidak mengerti dan takut kesasar. Hingga saya menghubungi Mas Moel si empunya Mogu, bertanya ulang mengenai jalur angkot, sebab sebelumnya kami bertukar kabar melalui sms untuk janjian bertemu di acara itu, dan ternyata Mas Moel berbaik hati menawarkan boncengan untuk saya, yippi…
Jadilah kami janjian bertemu di Simpang, satu-satunya jalur yang kuhapal dan berani kudatangi sendirian, hahaha. Hampir setengah jam, Mas Moel pun datang, tentu saja kami langsung saling mengenali karena selama ini sering bertegur sapa di dunia maya. Mas Moel orangnya ramah dan baik, sepanjang jalan kami banyak berbagi cerita tentang craft.
Sampai di s.14 ternyata acara baru saja dimulai, pameran baru saja dibuka. Kami sedikit terlambat, terlambat sedikit, hihihi. Suasana s.14 asli mengingatkan saya lagi-lagi pada Biblioholic. Meski perpustakaannya tidak begitu luas, tapi membuat nyaman dan sangat menarik. Pasrah bahwa kami terlambat dan sepertinya tidak mungkin bisa masuk dalam ruang tengah tempat pembuakaan berlangsung, saya memilih mengamati satu per satu boneka Papermoon yang dipajang di sela-sela buku dalam rak perpustakaan tersebut. Juga tak henti berdecak kagum menyaksikan Koganecho1 sebuah music box buatan mas Iwan Effendi yang beuh…keren sekalleee… Dan saya pun sadar, saya lupa membawa kamera, jadi tidak bisa memotret sana sini, ukh…
Foto-fotonya kuambil dari sini :)

Sesekali Mas Moel memperkenalkan saya dengan beberapa temannya, termasuk dengan Mbak Shanti si Raisy Tasthy Senang sekali, bisa bretemu crafter-crafter ini. Berkat Mas Moel juga, akhirnya kami bisa masuk menyaksikan acara pembukaan itu, tapi duduk di lantai dua, hihihi. Seru seru seru… Jadinya kita kayak nonton konser.
Mbak Ria dan Mas Iwan pun berbagi banyak cerita tentang Papermoon Puppet Theatre serta memutarkan video-video singkat program residensi mereka di kota Koganecho beberapa waktu lalu. Saya sendiri yang selalu ikut menyimak setiap cerita mbak Ria saat di Jepang melalui blog-nya, saat menyaksikan video tersebut serasa ikut bergabung di dalamnya, serasa ikut ke Jepang juga. J
Terima Kasih Mbak Shanti dan Mbak Fitri atas fotonya

Setelah itu, waktunya istirahat, mencicipi cemilan sambil menunggu persiapan Mini Performance yang dilaksanakan setelah shalat magrib. Tidak lupa berfoto-foto dulu dong. Setelah itu saya berkeliling melihat satu per satu suguhan pameran ini, di ruang tamu ada boneka yang digantung dan pengunjung bisa menggerakkannya dengan menarik tal-tali yang terhubng pada kaki, tangan, dan kepala si boneka, di bagian teras samping ada mini bioskop yang unik sebab kita menikmati video pementasan Mwathirika dengan cara mengintip melalui lubang kecil dan di dalamnya disetting seolah-olah kita berada dalam bioskop dan kita duduk paling belakang. Juga ada trailer video dokumentasi pementasan Papermoon oleh Videolab yang diputar melalui layar super mini di bagian perpustakaan.
Mini Performance pun dimulai, lagi-lagi saya terlambat mendapat tempat karena terlalu lama menikmati bagian pameran yang lain, hehehe. Tapi saya tetap menikmatinya, suatu kesyukuran lagi-lagi bisa melihat pertunjukan Papermoon secara langsung meski harus berjinjit-jinjit ria…hehehe.
Saya yakin banyak yang akan cemburu membaca postingan ini, hihihi… Sebelum pulang saya pun membeli dua buah pin bergambar boneka puppet, satu untuk teman crafter yang kutahu juga menyenangi Papermoon, Yufinats. ;)
Yufinats, pilih mana? :)

Saya terlanjur janji untuk singgah di Mekujo sepulang dari pameran ini, seandainya tidak, tentu saya akan memenuhi ajakan Mbak Hera untuk menikmati suguhan pasta sebelum pulang. L Jika datang lagi ke Bandung, saya pasti berkunjung lagi ke s.14 J
Sekitar pukul 7.30 saya pun pulang dengan lagi-lagi nebeng sama Mas Moel. Dia mengantar saya sampai di Mekujo, sebelum kami berpisah, Mas Moel memberikan saya buku The Mogus Colony yang sangat kuidamkan. Saat di Tobucil kemarin saya memang berniat membelinya, tapi saat itu saya membawa uang pas. Syukurnya Mas Moel berbagi untuk saya, kenang-kenangan dari Bandung katanya, huaaa… senang sekali. Terima kasih sangat yah Mas Moel.

Sayangnya keesokan hari, saya terlalu lama berkeliling di Otista, sehingga tak sempat mengikuti Special Presentation Papermoon yakni sharing pengalaman “Residensi: Perjalanan ke dalam kepala manusia” di Galeri Gerilya.
Oya, selain itu Mbak Shanti juga memberikan saya sekantong pita untuk dibawa ke Makassar, lengkap kan kebahagiaan dan keberuntunganku mengunjungi kota Bandung kali ini? Terima kasih untuk semuanyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa… See You Soon!

Craft Tour Story #4: Mengunjungi Crafyon's Craft


Setelah memotret, memesan jarum rajut, dan berdecak kagum di tiap sudut Tobucil, saya dan Sheni  pun melanjutkan perjalanan menuju Crayon's Craft. Sama dengan Tobucil, terletak di Jalan Aceh, cuma agak berjauhan.
Seperti kata Sheni, saya akan gila melihat barang-barang di Crayon, tapi syukurnya karena tidak sampai gila betul. Soalnya saya tidak bawa duit lebih hehehe…Maksudku dibanding dengan harga grosiran, wajar saja dong kalau memang di Crayon lebih sedikit mahal bagi saya. Bajet yang kusiapkan pas pas pas... :p
Saya cukup membandingkan harga-harga dan membeli bahan craft yang betul tidak ada di Makassar dan terjangkau menurutku, hehehe. Saya juga menjumpai banyak karya crafter yang cukup kukenal di sana, seperti Pyur Handmade, Papayomangos, Hello Bleu, dan Cemprut.
Setelah itu kami pulang, tidak lupa singgah minum jus buah lagi. Saya senang di Bandung, banyak sayur dan buah, sepertinya saya akan merancang kehidupan di kota ini suatu saat, hahaha…. Saya jatuh cinta sama suasananya, banyak pohon, selalu sejuk dan meski jauh berjalan kaki tidak akan terasa berat.

Senin, 19 Maret 2012

Craft Tour Story #3: Tobucil dan bertemu Mbak Tarlen

Besoknya, tanggal 16 Maret 2012, jauh hari saya sudah atur jadwal  lewat email sama Mbak Tarlen buat ketemuan di Tobucil, rencananya ingin belajar binding, tapi waktu tidak cukup, jadi belajarnya lain kali, atau belajar sama Sheni saja. Pukul 10 saya berangkat ke jalan Aceh bersama Sheni. Tempat Tobucil tepat di depan Asrama Mahasiswa Sul-Sel, sayangnya saya tidak punya kenalan penghuninya, jadi tidak singgah bertegur sapa. Lagipula dari depan, asrama itu sepertinya tidak berpenghuni, entahlah…
Saya pun akhirnya bertemu mbak Tarlen, crafter favoritku tiga tahun belakangan. Saya menantikan karya-karyanya melalui blog-nya tiap hari, selalu menginspirasi, pokoknya keren! Selama ini kami hanya bertegur sapa melalui dunia maya dan sms, makanya saya semangat sekali pas ada kesempatan ke Bandung, bisa ketemu mbak Tarlen. Pas sampai di Tobucil, mbak Tarlen dan mbak … menyambut ramah. Lalu saya pun berkeliling, selama ini saya membayangkan Tobucil itu luas, ternyata tipuan kamera kata Mbak tarlen, hehehe…
Pokoknya Tobucil itu seperti yang kuimpikan selama ini, suatu hari saya ingin punya tempat seperti Tobucil. Terlebih saat bertemu benang rajut, huaaaaaaaaaa… ngiler!







                                                               Suasana Tobucil, keren...



 Hahhay, akhirnya bisa melihat meja kerja ini, selama ini saya juga melihatnya dari foto-foto...













 Sudut-sudut Tobucil :) Semua sudut keren...

 Bertemu Monster Mas Moel, sayang tidak bertemu empunya :(

 Lampu rajutan, hmmm...inspirasi inspirasi...

Mbak Mayang, Mbak Tarlen, Mbak Elin Terima Kasih Semuanya... Berharap akan bertemu lagi...


Saya maunya memborong semua barang-barang yang ada di sana, hahaha... Lapar mata apa daya uang tak cukup. Oya, masih ingat ceritaku tentang paket dari Vitarlenology? Saya mendapat pocketbook dari giveaway yang diadakannya dalam rangka ulang tahunnya, tahun lalu. Pocketbook itu kubawa ke mana-mana, menjadi teman perjalananku! Pas di Tobucil, saya menemukan mini card dengan desain yang sama :) Yey yey...


 Pin Mogu biru, akhirnya saya memilikinya ;) 

 Emblem maker :p

Saya suka desain kartu pos ini, Azazel’s Arm Visualize 666