Kamis, 21 Februari 2013

Librarian's Diary : Hari ke dua

Hari kedua saya datang cukup tepat waktu. Pengunjung perpustakaan belum datang, saya punya banyak waktu berkeliling dari rak satu ke rak yang lainnya. Tentu saja saya lama berhenti di depan rak buku dengan tema budaya, sejarah, wisata, dan bahasa. Memilih beberapa judul buku dan kusiapkan untuk kulahap seharian ini. Tapi nihil. Saya tidak menyentuhnya sama sekali, sampai detik-detik menuju pukul 5.
Ber-craft ria? Juga tidak. Saya belum menyiapkan bahan untuk kubongkar sana sini dan kujadikan sesuatu yang berbeda.

Hari ini saya menghabiskan waktu berselancar di jejaring sosial. Ngobrol dengan seseorang yang sudah lama kukenal dan kukagumi melalui blog dan kolasenya, Ika Vantiani. Kami berbagi cerita singkat dan kabar.

Lalu saya juga mendapat kiriman tulisan teman saya, M Aan Mansyur. Tulisan yang baru akan diterbitkan minggu depan dalam sebuah kolom literasi salah satu koran lokal, tapi dia mempersilahkan saya membacanya terlebih dahulu. Tulisannya mengenai bahasa ibu. Alangkah menyenangkannya.

Pagi tadi saya juga mendengar musik chiptune yang super keren buatan Naiky. Sambil memperhatikan gambar-gambar anggota grup Pena Hitam yang baru saja kuikuti. Dari dulu saya selalu berniat belajar menggambar, tapi belum pernah serius mewujudkannya. Dan gambar tangan buatan para anggota grup ini super keren membuat saya iri dan kembali bersemangat untuk belajar menggambar lagi. Semoga ;)

Saat siang, pengunjung setia datang, namanya Cakra. Seorang dokter muda yang lincahnya bukan main. Ini kali kedua kami bertemu. Kali pertama saat sehari sebelum saya mulai bekerja, saat Marnie memperkenalkan saya dengan semua pegawai lainnya. Saya suka ngobrol dengannya, Cakra senang berbagi banyak hal seputar kegiatan dan pengalamannya sebagai dokter. Serta mendengar obrolannya dengan pengunjung lain. Contohnya, saat salah satu pegawai kantin yang namanya kulupa, sedang beristirahat, biasanya dia datang ke ruang perpustakaan dan menggunakan komputer sekedar ber-internet. Saat duduk, Cakra lalu menyapa sembari menanyakan, "Sehat?" Seperti itu, Cakra setiap kali bertemu dengan orang yang ia kenal, pasti menanyakan kabar dengan satu kata itu. Lalu perbincangannya seperti ini :

Cakra                : Kalau ke sini kita naik apa?
Pegawai Kantin  : Naik motor.
Cakra                : Memang di manaki tinggal?
Pegawai Kantin  : (menyebutkan alamat yang tidak jauh dari kantor ini)
Cakra                : Ih dekatji itu pale, kenapa tidak jalan kaki ki saja?
Pegawai Kantin  : Ndakji, malasja.
Cakra                : Padahal kalau jalan kaki ki itu bagus loh, itu kadar gula dalam tubuhta bisa turun.
Pegawai Kantin  : Masa?
Cakra                : Iya, saya kalau dekatji selalu jalan kaki. Lebih baik untuk kesehatan.

(perbincangan lanjut mengenai kesehatan.....................)

Hal kecil seperti itu. Saya senang dengan caranya berbagi apa yang dia ketahui sebagai dokter tanpa perlu menunggu waktu tepat layaknya konsultasi kesehatan ala dokter pada umumnya.

Lalu Cakra menemui saya, dia bercerita tentang jadwal bepergiannya yang lumayan padat. Dia sering mengajar di berbagai tempat. Besok dia akan ke Jakarta. Lalu minggu depan akan ke Korea. Kukira ke Korea dalam rangka tugas, ternyata dia akan mengunjungi pacarnya. Cakra adalah seorang gay. Pacarnya sedang mendapat tugas wajib militer di sana. Cakra banyak bercerita tentang pacarnya yang sudah sangat fasih berbahasa Indonesia itu.

Saya senang karena dia terbuka dengan orientasi seksualnya. Dan senang karena dia mempercayai saya sebagai teman ngobrol. Ya, tahu saja, kebanyakan orang masih menganggap homoseksualitas adalah kelainan bahkan dianggap aib. Saya sendiri tidak sepakat dengan itu. Setiap individu berhak atas orientasi seksual mereka. Tak ada yang punya hak untuk melarang. Kita diajarkan untuk saling menghargai atas keyakinan yang super beragam ini.

Terakhir, seorang teman yang bekerja di Rutan Malino meminta saya untuk berbagi di sana. Mengajari berbagai keterampilan khususnya craft untuk 30 orang narapidana. I wish I have enough time. Tapi tidak, setelah perbincangan langsung kami di warung coto samping perpustakaan ini, hasilnya adalah saya menawarkan pelatihan itu ke teman saya yang tangannya lincah sekali kalau sudah berhadapan dengan kain felt, siapa lagi kalau bukan Airin Handycrabby. Saya berharap pelatihannya akan berlanjut dan saya bisa ikut di lain waktu.

Dan semangat kembali menulis itu datang sore ini melalui perbincangan dengan seorang teman yang juga keren, Pain Sugar.


3 komentar:

  1. Balasan
    1. Hahaha... memang belum selesai itu baru salah pencet eh ter-posting... ini sudah kuedit. Ceritanya masih panjang sebenarnya. :)

      Hapus

Creativity and Share with love...